Yang tidak menjaga itu menyebalkan.
Namun yang terlalu menjaga, ....menyeramkan
Paradoksisasi itu ..
Ah ya, tidak akan pernah bisa manusia.. menjadi ideal di mata semua pihak. Dikotomi opini itu niscaya.
& pada akhirnya, kembali lagi, kita tidak dapat menyenangkan semuanya. Ada pihak yang menerima, ada pula yang menolak.
Itu niscaya.
Karna bukan perkara diterima semua orang.
Namun diterima Allah saja.
Siang beranjak senja yang mengganggu degup jantung.
Tapi memang begitu seharusnya insan; memuhasabah diri, lalu cepat mencari penawar dosa agar tidak melakukan lagi.
Dan setiap kelebihan yang Allah beri, seharusnya ( dan semoga ) bukan menjadi yang melebihkan dosa-dosa kita..
Ia disyukuri, dan dikembalikan pemanfaatannya kepada Yang Memberi.
Hati-hati Putri. Dan bersabarlah dalam berhati-hati.
Sebab
perputaran dunia, dinamika atasnya, hanya sekedip mata saja saat
mata-kaki-tangan nanti diminta bersaksi. Maka memang disini tempat
berpeluh payah. Fainnama'al usri yusroo.. Innama'al usri yusroo.. (QS.94:5-6)
Rabbanaghfirlanaa...
Yang menjaga untuk yang menjaga, dan yang bermain rasa, bagi yang bermain rasa.
cp :http://urufadisini.multiply.com/journal/item/355
29 Januari 2013
22 Januari 2013
GANBARIMASHOU !!! :)
disana, ada cita dan tujuan
yg membuatmu menatap jauh kedepan
dikala malam begitu pekat
dan mata sebaiknya dipejam saja
cintamu masih lincah melesat
jauh melampaui ruang masa
kelananya menjejakkan mimpi-mimpi
lalu di sepertiga malam terakhir
engkau terjaga, tersadar, memilih menyalakan lampu
melanjutkan mimpi-mimpi indah yang belum selesai
dg cita yang besar, tinggi bening
dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati
teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang
menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban,
menyeru pada iman
walau duri merantaskan kaki
walau kerikil mencacah telapak
sampai engkau lelah, sampai engkau payah
sampai keringat dan darah tumpah
-Salim A Fillah-
cp : http://urufadisini.multiply.com/journal/item/358/como-esta-tu
yg membuatmu menatap jauh kedepan
dikala malam begitu pekat
dan mata sebaiknya dipejam saja
cintamu masih lincah melesat
jauh melampaui ruang masa
kelananya menjejakkan mimpi-mimpi
lalu di sepertiga malam terakhir
engkau terjaga, tersadar, memilih menyalakan lampu
melanjutkan mimpi-mimpi indah yang belum selesai
dg cita yang besar, tinggi bening
dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati
teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang
menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban,
menyeru pada iman
walau duri merantaskan kaki
walau kerikil mencacah telapak
sampai engkau lelah, sampai engkau payah
sampai keringat dan darah tumpah
-Salim A Fillah-
Jilbab bukan topeng! be your self, neng! (2003. Salim A Fillah)
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
cp : http://urufadisini.multiply.com/journal/item/358/como-esta-tu
15 Januari 2013
como esta tu?
ada pada setiap cengkraman waktu,
cp : http://urufadisini.multiply.com/journal/item/358/como-esta-tu
cekatan nafas,
menyipitnya mata,
kerut-kerut kening,
dan katupan bibirmu yang tergigit deretan seri atas.
ya, semangat itu,
apa yang tertumbuhkan dalam hati.
yang bisa kau cipta sendiri.
dalam situasi apapun.
pun dalam saat ini.
saat siapa menyalahkan siapa sudah tidak penting lagi.
se-tidak penting siapa-ingin-menjelaskan-kepada-siapa.
siapa-ingin-protes-kepada-siapa.
cukup sabar saja, tiga bulan lagi akan berlalu, dan mungkin pressure seperti ini suatu saat nanti akan kau rindui.
yang harus kau yakin. "jual-beli ini dengan Allah".
wa kafaa billahi syahiida..
karna surga masih jauh...
maka kumpulkan bekal meski se-kerikil-kerikil untuk menjadi tangga menuju-nya.
& menjadilah batu bata yg kuat.
inna ma'al usri yusroo..
laa yukallifullahu nafsan illaa wus'ahaa.
"kalo gerak kamu bukan karna manusia,
benturan-benturan dengan manusia tidak akan menghentikan gerakmu." (ummi)
maka hari-hari yang berlalu ini semacam pembuktian. : karna siapa?!
dan kau sangat butuh untuk buktikan karna siapa.
sebab takkan bercampur; haq wal bathil. ilallah, aw ila maa ghoyruhu..?
ah, kausa pembuktian ini manis! ya, jalan ini manis. kau tidak akan mengenal manis sebelum cecapi apa itu asam-asin-pahit kan?
(Rumah Hijau, 23 September, 2012)
Sabar .. bila bermatahari, setelah hujan ada pelangi 

cp : http://urufadisini.multiply.com/journal/item/358/como-esta-tu
9 Januari 2013
Semangaat UAS...
UAS? berikan semangat positif, setinggi apapun puncak, pasti bisa didaki.
karena....
"Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja…
Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya…
Serta mulut yang akan selalu berdoa"
~ 5cm.
yang mampu membawamu pada tingkat optimis
share teh Lya L
#SEMANGAAAT UAS.. ^_^
1 Januari 2013
#jleb dan sangat sugooooi.
Tilawah Yaumiyah (1 juz sehari)
"Hendaklah Anda memiliki wirid harian membaca al-Qur'an
minimal satu juz setiap hari, dan berusahalah sungguh-sungguh agar
jangan sampai mengkhatamkan al-Qur'an melewati satu bulan."
(Hasan al-Banna dalam Majmuatur Rasail –risalah pergerakan- )
jangan sampai mengkhatamkan al-Qur'an melewati satu bulan."
(Hasan al-Banna dalam Majmuatur Rasail –risalah pergerakan- )
Saudaraku,
sadarkah kita bahwa al-Qur'an diturunkan oleh Allah kepada manusia agar
menjadi sumber tazwid (pembekalan) bagi peningkatan ruhiy
(spiritualitas), fikri (pemikiran) serta minhaji (metodologi da'wah) ?
Sehingga jika sehari saja kita jauh dari al-Qur'an, berarti terputuslah
dalam diri kita proses tazwid tersebut? Sadarkah kita bahwa yang akan
terjadi adalah proses tazwid dari selain wahyu Allah; baik itu dari
televisi koran, majalah, maupun yang lainnya yang sesungguhnya akan
menyebabkan ruh yang ringkih dan keyakinan yang melemah terhadap fikroh
dan minhaj ? Padahal tiga unsur ini sesungguhnya menjadi sumber energi
untuk berdakwah dan berharokah. Sehingga melemahlah semangat beramal
saleh dan hadir dalam halaqoh, padahal halaqoh merupakan pertemuan untuk
komitmen beramal saleh.
Dapat
dibayangkan bagaimana jadinya kalau proses tazwid itu telah terputus
sepekan, dua pekan, bahkan berbulan-bulan. Semoga Allah menjaga kita
dari sikap menjadikan al-Qur'an sebagai sesuatu yang mahjuran
(ditinggalkan).
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورً
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang ditinggalkan ". (Q.S. Al-Furqan ayat 30)
Sesungguhnya
ibadah tilawah satu juz ini sudah tertuntut kepada manusia sejak dia
menjadi seorang muslim. Oleh karena itu, cukup banyak orang-orang yang
tanpa tarbiyah atau halaqoh, namun memiliki komitmen tilawah satu juz
setiap hari, sehingga setahun khatam 12 kali (bahkan lebih, karena saat
bulan Ramadhan dapat khatam lebih dari sekali).
Lalu,
bagaimana dengan kita, ashhabul (aktifis) harokah wad da'wah ? Sudahkah
keislaman kita membentuk kesadaran iltizam (komitmen) dengan ibadah ini
? Ketika kita melalaikannya, dapat diyakini bahwa kendalanya adalah
dha'ful himmah (lemah dan kurangnya kemauan), bukan karena tidak mampu
melafalkan ayat-ayat al-Qur'an seperti anggapan kita selama ini. Yang
harus dibentuk dalam hal ini bukanlah hanya sebatas mampu membaca, namun
lebih dari itu, bagaimana membentuk kemampuan ini menjadi sebuah
moralitas ta'abbud (penghambaan) kepada Allah, sehingga hal ini menjadi
sebuah proses tazwid yang berkesinambungan sesuai dengan jauhnya
perjalanan da'wah ini !
Dari
sini kita menjadi faham, bahwa ternyata tarbiyah adalah sebuah proses
perjalanan yang beribu-ribu mil jauhnya. Entah berapa langkah yang sudah
kita lakukan. Semoga belum mampunya kita dalam beriltizam dengan ibadah
ini adalah karena masih sedikitnya jarak yang kita tempuh. Jadi
yakinlah, selama kita komitmen dengan proses tarbiyah, dengan seizin
Allah kita akan sampai kepada kemampuan ibadah ini. Dan sekali-kali
janganlah kita menutupi ketidak mampuan kita terhadap ibadah ini dengan
berlindung di bawah waswas syaithan dengan bahasa sibuk, tidak sempat,
acara terlalu padat dan lain sebagainya.
Sadarilah
bahwa kesibukan kita pasti akan berlangsung sepanjang hidup kita.
Apakah berarti sepanjang hidup kita, kita tidak melakukan ibadah ini
hanya karena kesibukan yang tak pernah berakhir ?
Kita
harus berfikir serius terhadap tilawah satu juz ini, karena ia
merupakan mentalitas 'ubudiyah (penghambaan), disiplin dan menambah
tsaqofah. Apalagi ketika kita sudah memiliki kesadaran untuk membangun
Islam di muka bumi ini, maka kita harus menjadi batu bata yang kuat
dalam bangunan ini. Al Ustadz Asy Syahid Hasan Al-Banna Rahimahullah
begitu yakinnya dengan sisi ini,
sehingga beliau menjadikan kemampuan membaca al-Qur'an satu juz ini
sebagai syarat pertama bagi seseorang yang berkeinginan membangun
masyarakat Islam.
Dalam nasihatnya beliau mengatakan, "Wahai
saudaraku yang jujur dengan janjinya, sesungguhnya imanmu dengan bai'at
(perjanjian) ini mengharuskanmu melaksanakan kewajiban-kewajiban ini
agar kamu menjadi batu bata yang kuat, (untuk itu) : "Hendaklah Anda
memiliki wirid harian membaca al-Qur'an minimal satu juz setiap hari,
dan berusahalah sungguh-sungguh agar jangan sampai mengkhatamkan
al-Qur'an melewati satu bulan."
Sebagaimana
kita saat melakukan hijrah dari kehidupan Jahiliyyah kepada kehidupan
Islamiyah harus banyak menelan pil pahit selama proses tarbiyah, maka
jika kita sudah ber'azam (bertekad) untuk meningkat kepada kehidupan
yang ta'abbudi (penuh nilai ibadah), maka kita harus kembali menelan
banyak pil pahit tersebut. Kita harus sadar bahwa usia dakwah yang
semakin dewasa, penyebarannya yang semakin meluas dan tantangannya yang
semakin variatif sangat membutuhkan manusia-manusia yang Labinatan
Qowiyyatan (laksana batu bata yang kuat). Dan hal tersebut kuncinya terdapat di dalam interaksi dengan al-Qur'an !
Sebuah
proses tarbiyah yang semakin matang, dengan indikasi hati dan jiwa yang
semakin bersih, secara otomatis akan menjadikan kebutuhan terhadap
al-Qur'an mengalami proses peningkatan. Sejarah mencatat bahwa para
sahabat dan salafusshalih ketika mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"bacalah al-Qur'an dalam satu bulan", maka begitu banyak yang
menyikapinya sebagai sesuatu yang minimal.
Bayangkan
dengan diri kita yang sering menganggap tilawah satu juz itu sebagai
sesuatu yang maksimal ! Maka tugas yang sangat minimal inipun sangat
sering terkurangi, bahkan tidak teramalkan dengan baik. Bagaimana
mungkin kita dapat mengulang kesuksesan para sahabat dalam membangun
Islam ini, jika kita tidak melakukan apa yang telah mereka lakukan (walaupun kita sadar bahwa ibadah satu juz ini bukan satu-satunya usaha di dalam berdakwah) ?
Sebutlah
Utsman Ibn Affan, Abdullah Ibn Amr Ibn Ash, Abu Hanifah dan Imam
Asy-Syafi'i Radiyallahu Anhum. Mereka adalah contoh orang-orang yang
terbiasa menyelesaikan bacaan al-Qur'annya dalam waktu tiga hari sampai
satu pekan. Karena bagi mereka khatam sebulan terlalu lama untuk bertemu
dengan ayat-ayat Allah. Jadi, jika seseorang rutin setiap bulan khatam,
berarti hanya sekali dalam sebulan ia bertemu dengan surat Maryam,
misalnya.
Dapat
kita bayangkan seandainya kita berlama-lama dalam mengkhatamkan
al-Qur'an. Berarti kita akan sangat jarang bertemu dengan setiap surat
dari al-Qur'an !
Kalau
saja tarbiyyah qur'aniyyah kita telah matang, kita akan dapat merasakan
bahwa sentuhan tarbawi (pendidikan) surat al-Baqarah berbeda dengan
surat Ali Imran. Begitu juga beda antara an-Nisaa, al-Maidah dengan
surat yang lainnya. Sehingga ketika seseorang sedang membaca an-Nisaa,
pasti dia akan merindukan al-Maidah. Inilah suasana tarbiyyah yang belum
kita miliki yang harus dengan serius kita bangun dalam diri kita. Kita
harus waspada, jangan sampai hidup ini berakhir dengan kondisi kita
melalaikan ibadah tilawah satu juz. Sehingga hidup berakhir dengan
kenangan penyesalan. Padahal sesungguhnya kita mampu kalau saja kita mau
menambah sedikit saja mujahadah (kesungguhan) dalam tarbiyyah ini.
Kiat Mujahadah dalam Bertilawah Satu Juz
1.
Berusahalah melancarkan tilawah jika Anda termasuk orang yang belum
lancar bertilawah, karena ukuran normal tilawah satu juz adalah 30 – 40
menit. Jika lebih dari itu, Anda harus lebih giat berusaha melancarkan
bacaan. Jika melihat durasi waktu di atas, sangat logis untuk melakukan
tilawah satu juz setiap hari dari waktu dua puluh empat jam yang kita
miliki. Masalahnya, bagaima kita dapat membangun kemauan untuk 40 menit
bersama Allah, sementara kita sudah terbiasa 40 menit atau lebih bersama
televisi, ngobrol dengan teman dan lain sebagainya.
2.
Aturlah dalam satu halaqah, kesepakatan bersama menciptakan komitmen
ibadah satu juz ini. Misalnya, bagi anggota halaqah yang selama sepekan
kurang dari tujuh juz, maka saat bubar halaqah ia tidak boleh pulang
kecuali telah menyelesaikan sisa juz yang belum terbaca. Kiat ini
terbukti lebih baik daripada 'iqob (hukuman) yang terkadang hilang ruh
tarbawi nya dan tidak menghasilkan mujahadah yang berarti.
3.
Lakukanlah qadha tilawah setiap kali program ini tidak berjalan !
Misalnya, carilah tempat-tempat yang kondusif untuk konsentrasi
bertilawah. Misalnya di masjid atau tempat yang bagi diri kita asing.
Kondisi ini akan menjadikan kita lebih sejenak untuk hidup dengan diri
sendiri membangun tarbiyyah qur'aniyyah di dalam diri kita.
4.
Sering-seringlah mengadukan keinginan untuk dapat bertilawah satu juz
sehari ini kepada Allah yang memiliki al-Qur'an ini. Pengaduan kita
kepada Allah yang sering, insya Allah menunjukkan kesungguhan kita dalam
melaksanakan ibadah ini. Disinilah akan datang pertolongan Allah yang
akan memudahkan pelaksanaan ibadah ini.
5.
Perbanyaklah amal saleh, karena setiap amal saleh akan melahirkan
energi baru untuk amal saleh berikutnya. Sebagaimana satu maksiat akan
menghasilkan maksiat yang llain jika kita tidak segera bertaubat kepada
Allah. Jika kita saat ini sering berbicara tentang ri'ayah maknawiyyah
(memperkaya jiwa), maka sesungguhnya pesan Imam Syahid ini adalah cara
me- ri'ayah maknawiyyah yang paling efektif dan dapat kita lakukan kapan
saja dan dimana saja. Ditinjau dari segi apapun, ibadah ini harus
dilakukan. Bagi yang yakin akan pahala Allah, maka tilawah al-Qur'an
merupakan sumber pahala yang sangat besar. Bagi yang sedang berjihad,
dimana dia membutuhkan tsabat (keteguhan hati), nashrullah (pertolongan
Allah), istiqomah, sabar dan lain sebagainya, al-Qur'an tempat meraih
semua ini. Kita harus serius melihat kemampuan tarbawi dan ta'abbudi
ini, agar kita tergugah untuk bangkit dari kelemahan ini,
Kendala yang Harus Diwaspadai
1.
Perasaan menganggap sepele apabila sehari tidak membaca al-Qur'an,
sehingga berdampak tidak ada keinginan untuk segera kembali kepada
al-Qur'an.
2.
Lemahnya pemahaman mengenai keutamaan membaca al-Qur'an. Sehingga tidak
termotivasi untuk mujahadah dalam istiqomah membaca al-Qur'an.
3.
Tidak memiliki waktu wajib bersama al-Qur'an dan terbiasa membaca
al-Qur'an sesempatnya, sehingga ketika merasa tidak sempat
ditinggalkannyalah al-Qur'an.
4.
Lemahnya keinginan untuk memiliki kemampuan ibadah ini, sehingga tidak
pernah memohon kepada Allah agar dimudahkan tilawah al-Qur'an setiap
hari. Materi do'a hanya berputar-putar pada kebutuhan keduniaan saja.
5.
Terbawa oleh lingkungan di sekelilingnya yang tidak memiliki perhatian
terhadap ibadah al-Qur'an ini. Rasulullah bersabda, "Kualitas dien
seseorang sangat tergantung pada teman akrabnya."
6.
Tidak tertarik dengan majlis-majlis yang menghidupkan al-Qur'an.
Padahal menghidupkan majlis-majlis al-Qur'an adalah cara yang
direkomendasikan Rasulullah agar orang beriman memiliki gairah
berinteraksi dengan al-Qur'an.
Akibat dari Tidak Serius Menjalankannya
1. Sedikitnya barokah dakwah atau amal jihadi kita,
karena hal ini menjadi indikasi lemahnya hubungan seorang jundi pada
Allah. Sehingga boleh jadi nampak berbagai macam produktivitas dakwah
dan amal jihadi kita, namun dikhawatirkan keberhasilan itu justru
berdampak menjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Kemungkinan yang lain, bahkan lebih besar, adalah tertundanya pertolongan Allah SWT dalam amal jihadi ini.
Kalau jihad salafusshalih saja tertunda kemenangannya hanya karena
meninggalkan sunnah bersiwak (menggosok gigi), apalagi karena
meninggalkan suatu amal yang bobotnya jauh lebih besar dari itu ? Oleh
karena itu, masalah berinteraksi dengan al-Quran selalu disinggung
dengan ayat-ayat jihad, seperti surat al-Anfaal dan al-Qitaal
3. Terjauhkannya sebuah asholah (keaslian/orisinalitas) dakwah. Sejak awal dakwah ini dikumandangkan, semangatnya adalah dakwah bil qur'an. Bagaimana mungkin kita mengumandangkan dakwah bil qur'an kalau interaksi kita dengan al-Qur'an sangat lemah ?
Bahkan sampai tak mencapai tingkat interaksi yang paling minim, sekedar bertilawah satu juz saja ?
4.
Terjauhkannya sebuah dakwah yang memiliki jawwul 'ilmi (nuansa
keilmuan). Hakikat dakwah adalah meningkatkan kualitas keilmuan umat
yang sumber utamanya dari al-Qur'an.
Maka minimnya kita dengan pengetahuan ke –al-Qur'an- an akan sangat
berdampak pada lemahnya bobot ilmiyyah diniyyah (keilmuan agama) kita.
Dapat dibayangkan kalau saja setiap kader beriltizam dengan manhaj
tarbiyyah yang sudah ada. Lebih khusus pada kader senior. Pasti kita
akan melihat potret harokah dakwah ini jauh lebih cantik dan lebih
ilmiyyah.
5. Terjauhkannya sebuah dakwah yang jauh dari asholatul manhaj.
Bacalah semua kitab yang menjelaskan manhaj dakwah ini. Khususnya kitab
Majmu'atur rosail (diterjemahkan oleh Ustadz Anis Matta dalam bahasa
Indonesia dengan judul "Risalah Pergerakan") ! Anda akan dapatkan begitu
kental dakwah ini memberi perhatian terhadap interaksi dengan
al-Qur'an. Tidakkah kita malu ber-intima' (menyandarkan diri) pada dakwatul ikhwah, namun kondisi kita jauh dari manhaj-nya ?
Semoga kita tergugah dengan tulisan ini, agar kita lebih serius lagi melaksanakan poin pertama daripada wajibatul akh (kewajiban aktifis muslim).
- copas. nemu di folder2 materi lq ummi -
!ngebayangin .. ustadz siapa ya yg bikin tulisan ini? subhanallah sugoi to the max
Langganan:
Postingan (Atom)